Sabtu, 05 Juni 2010

Ayah Terindah

Oleh Johan Wahyudi

Ayah sosok yang tidak terlupakan. Ketauladannya menjadi contoh dan kenangan yang tak terlupakan, bahkan menjadi spirit menjalani kehidupan ini. Sesama hidup ayah hanya seorang pegawai negeri sipil (PNS) golongan rendah. Membiayai hidup keluarga, ayah harus menanggung hutang kesana kemari.

“Ya Allah, apakah bisa membalas kebaikan ayah ku tercinta,” gumamku di hati.

Ku tahu keuangan ayah sangat sulit. Sehingga usai tamat SMA, aku berinisiatif mencari pekerjaan membantu perekonomian keluarga, walaupun keinginan ku melanjutkan kepergurun tinggi sangat tinggi. Sepertinya ayah tahu kegelisahan hati anaknya, dia menghampiriku saat aku duduk termenung di ruang tamu.

“Apa yang kamu pikirkan Yud,” kata ayah, langsung duduk disampingku.
“Apakah kamu ingin kuliah, jika memang ada kemauan dari dirimu. Jangan ragu, daftar saja, soal biaya jangan dipikirkan. Insyah Allah, Pasti ada jalan keluar, terpenting kau benar-benar ini belajar dan ayah juga tidak ingin anak ayah hidupnya seperti ayah. Kamu harus lebih baik dari ayah,” katanya dengan senyum terindah.

Aku diterima disalah satu perguruan swasta di tempatku. Soal dari mana ayah mendapatkan uang biaya kualiahku, diri ini tidak pernah tahu, ayah tidak pernah bercerita. Namun aku beruntung, untuk menghemat biaya selama masa kuliah aku diperbolehkan pihak universitas tinggal di masjid kampus. Kewajibanku membersihkan masjid, serta mempersiapkan air wudhu, sejadah. Sehingga aku tidak harus dibebankan pikiran mencari biaya kost. Selain itu, aku juga selalu mendapat bea siswa, sehingga uang semesteran sudah tidak kupikirkan.

Namun aku sangat sedih, saat banyak tudingan warga di tempatku. Aku kuliah hanya menghabiskan uang dan menyusahkan orang tua saja. Apalagi ibu ku, yang selalu tercinta juga sering sakit-sakitkan. Sehingga sempat membuat aku, droop dan berpikir meninggalkan bangku kuliah untuk mencari pekerjaan. Bahkan aku sempat tertinggal satu semester, dikarenakan tidak ada biaya untuk melaksanakan penelitian menyusun skripsi ku

“Jangan kau pikiran perkataan orang itu. Belajarlah saja dan buktikan pendidikan akan membuat orang menjadi mulia, baik di mata masyarakat maupun Allah SWT,” kata ayah, memicu semangat untuk terus menyelesaikan kuliahku.

Alhamdullilah, akhirnya aku bisa menyelesiakan kuliah. Saat wisuda ayah dan ibu, kulihat keceriaan wajah ayah dan ibu. Namun hati ini, sempat tersentak harus kemana setelah kuliah ini, tapi diri ini yakin dengan pendidikan dan kemauan berusaha pasti Allah SWT akan memberikan jalan terbaik bagi umatnya.

Selesai kuliah, aku tidak menganggur. Aku diterima di beberapa sekolah swasta untuk menjadi seorang guru. Walaupun gaji kecil tapi, aku tidak lagi membebani orang tuaku, tapi aku bertekad akan membahagiakan ayah dan ibu atas jerih payahnya, membesarkan dan mendidik anaknya ini. Tiga bulan menjadi tenaga pengajar, akhirnya aku mendapatkan panggilan kerja dari salah satu media harian terkemuka ditempatkan untuk menjadi seorang jurnalis. Alhamdullilah, gaji seorang jurnalis bisa mencukupi biaya hidupku, bahkan aku bisa menyisihkan rezekiku buat orang tuaku.

“Hidup ini akan terasa indah, apabila kita selalu merasa cukup,” kata ayahku, aku hanya mengangguk mendengarnya.

Nasihat itu, selalu kuingat. Sehingga saat menjalani hidup ini, tidak terasa berat bagiku. Bahkan saat aku melamar pujaan hatiku, semuanya dari uang hasil keringatku tanpa membebani orang tuaku.

“Sudah puas bujang belum, kalau belum lebih baik pikir dulu kalau mau menikah,” kata, ayah mempertanyakan kesiapanku saat ingin melamar pujaan hatiku.

Alhamdullilah, kini aku telah memiliki seorang putra berusia 1,8 tahun, anaknya lincah dan banyak disenangi para tetangga. Bahkan kegembiraan ayah dan ibu, juga terlihat saat bermain bersama cucunya tercintanya. Namun kita ayah telah tiada, hampir satu tahun yang lalu tempatnya 26 April 2009, ayah harus meninggalkan kami dan sanak keluarganya tercintanya, dikarenakan serangan jantung. Tapi kepribadian, ketauladannya dan cinta kasihnya tidak akan dilupakan, ayah merupakan sosok pekerja keras yang selalu memberikan motivasi bagi anak-anaknya.

“Ayah ku selalu merindukan dirimu. Terima kasih ayah, atas perjuanganmu sehingga anakmu bisa seperti saat ini. Ya Allah, yang maha pengasih dan penyayang, terimalah ayahku di surga Mu yang terindah,” doaku.....(April 2010)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar