Kamis, 05 Mei 2011

Gawe Naik Dango XXVI Tahun 2011

Cornelis : Suku Dayak Harus Berpikiran Maju

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah

Mengungkapkan rasa syukur kepada sang maha pencipta terhadap hasil panen padi. Suku Dayak Kanayatn di Kabupaten Pontianak, Landak dan Kubu Raya. Melaksanakan upacara Naik Dango XXVI Tahun 2011 yang dipusatkan di Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Pontianak.

Gawe Naik Dango tersebut, dihadiri langsung Gubernur Kalbar, Cornelis, didampingi istri Ketua Tim Penggerak PKK Kalbar, Frederika Cornelis, Anggota Anggota Komisi IX DPR RI Karolin Margret Natasa. Bupati Pontianak, Ria Norsan, Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, Rahmad Satria, kepala dinas instansi, muspida dan tokoh masyarakat, serta tokoh adat dayak.

Pada kesempatan tersebut, Gubernur Kalbar, Cornelis, mengharapkan pelaksanaan ritual naik dango yang menjadi aset budaya daerah, setiap tahun harus dilakukan evaluasi. Apakah cukup dilaksanakan di kabupaten, tidak perlu di kecamatan atau digabung dengan provinsi dan kabupaten sekaligus.

“Naik dango hanya dilaksanakan orang Dayak Khanayatn di Kabupaten Pontianak, dan setelah diterjadi reformasi dan pemekaran. Maka Dayak Khanayatn juga ada di Kabupaten Landak dan Kubu Raya. Jadi keseluruhan orang Dayak Khanayatn ada di 23 kecamatan. Untuk itu, saya meminta para intelektual Dayak dan tokoh aday Dayak, bisa mengemas acara naik dango secara moderen, dengan menampilkan nilai-nilai positif yang tidak bertentangan dengan UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, serta ideologi Pancasila,” kata Cornelis.

Karena selaku Ketua Adat Dayak Provinsi Kalbar, Cornelis, juga tidak ingin Gawe Naik Dango, menjadi penilaian negatif terhadap cara hidup orang dayak. Seperti menggekar pacar malam dengan pelacuran, perjudian, narkoba sehingga dapat merusak generasi muda suku Dayak.

“Para tokoh adat Dayat harus berpikiran maju, sehingga kebudayaan Dayak, bisa eksis, diakui dan bisa dinikmati saudara kita yang bukan suku dayak. Untuk itu, hal-hal negatif harus dibereskan dan dituntaskan, sehingga orang tidak berpikir suku Dayak premitif, hanya bisa menjadi preman, mabuk-mabukan dan makan orang,” katanya.

Selain itu, Cornelis, juga mengharapkan para masyarakat, tokoh adat Dayak, dan lembaga adat dayak dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten, kecamatan bahkan desa, bisa membantu menyampaikan pesan-pesan pemerintah, guna mempercepat suksesi pembangunan jati diri bangsa.

“Jangan hanya berpikir dan semata-mata pembangunan dilaksanakan untuk kepentingan pribadi maupyn perseorangan. Tapi kita harus bersama-sama membangun daerah ini. Jangan ada lagi penahanan alat berat maupun, konflik horizontal, serta tindakan radikal,” katanya.

Sedangkan Bupati Pontianak, Ria Norsan, mengharapkan kesenian dan kebudayaan daerah seperti naik dango, haruslah dikemas dengan baik, sehingga menjadi daya tarik wisata dan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan baik domestik maupun manca negar.

“Melalui naik dango ini, kita dapat mengenalkan dan mempromosikan nilai-nilai budaya sebagai kearifan lokal, sehingga lebih dapat dikenal dan dilestarikan kepada generasi muda,” katanya.

Selain itu, Norsan, juga mengharapkan melalui kegiatan budaya naik dango, bisa meningkatkan dan memajukan pembangunan di Kecamatan Sadaniang, agar tidak ada lagi ketertinggalan seperti apa yang dirasakan selama ini.

“Jagalah ketertiban dan keamanan, serta menciptakan kebersamaan dan persatuan dan tanggungjawab yang tinggi demi kemajuan pembangunan dan peningkatan ekonomi kerakyatan di Kabupaten Pontianak,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar