Minggu, 04 Juli 2010

Bukit Peniraman Longsor Enam Rumah Terkubur

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah

Enam rumah warga Dusun Teratai, Desa Peniraman, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak, Minggu (4/7), kemarin, tertimbun tanah longsor, menyusul hujan deras yang terjadi di selama dua hari berturut-turut.

Seluruh rumah yang terkubur dalam kondisi rusak parah, bahkan hampir tidak ada harta benda yang dapat diselamatkan. Menurut salah satu pemilik rumah, Sauri, menjelaskan sejak Sabtu, masyarakat setempat sudah melihat kondisi bukit Peniraman yang menjadi lokasi pertambangan, terlihat tanda akan longsor. Tanah-tanah dari atas bukit berjatuhan, sehingga warga yang berdomisili disekitar bawah bukit disarankan mengungsi ditempat aman dari bencana longsor.

“Saya sama keluarga sejak kemarin, sudah mengungsi. Karena tanda tanah akan longsor sudah terlihat, namun anak saya sempat tidak mau ikut. Beruntung setelah dipujuk dia mau ikut mengungsi,” katanya.

Sedangan salah seorang warga lagi yang rumahnya ikut tertimbun longsor, Ernawati, menjelaskan saat kejadiannya, dirinya tidak berada di rumah karena sedangan berada di rumah keluarga di Sungai Pinyuh. Dirinya tahun dari suaminya, Kadir, yang bekerja di Malaysia melalui telepon.

“Saya dari dari suami saya. Saat saya lihat rumah saya sudah tertimbun tanah dan tidak ada yang dapat diselamatkan,” katanya.

Sedangkan Ketua Rt 01/Rw 01 Dusun Teratai, Desa Peniraman, H. Ismail, menjelaskan sejak Sabtu, dirinya sudah menyarankan warga yang tinggal di bawah bukit Peniraman agar segera mengungsi.

“Mengantisipasi adanya korban jiwa, kita sudah minta warga mengungsi. Ternyata benar, sekitar pukul 12.00 Wib, terjadi longsor,” katanya.

Camat Sungai Pinyuh, M. Shaleh, yang berada dilokasi kejadian, mengatakan pihak kecamatan untuk mengantisipasi adanya jatuh korban, telah mengambil langkah menyediakan posko bantuan di Madrsyah Darajul Ullum Peniraman, dan akan segera membangun posko bantuan bencana dan dapur umum.


“Melihat kondisi tanah yang mudah longsor. Kita menyarankan sekitar 50 KK di dekat Masjid Babussalam Peniraman, agar mengungsi. Karena lokasi itu, juga pernah mengalami kejadian longsor yang menelan korban jiwa tahun 1991,” katanya.

Melihat seringnya terjadi tanah longsor di Bukit Peniraman, Shaleh, berencana akan melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk memebrikan pengarahan kepada warga Desa Peniraman, untuk tidak terlalu mengekspolitasi tanah bukit Peniraman.

“Nanti kita akan kordinasikan dengan Pemda, bagaimana agar Bukit Peniraman tidak terlalu diekspolitasi dan warga kita sarankan tidak membangun rumah di bawah bukit,” katanya.

Mengetahui adanya pristiwa bencana, Parlindungan Sirait, juga langsung terjun kelokasi kejadian. Dia juga menghimbau agar warga yang tinggal dibawah bukit agar segera melakukan mencari lokasi aman.

“Demi keselamatan, kita saran lebih baik warga mengungsi agar tidak terjadi korban jiwa,” katanya.

Adapun enam warga yang tertimbun Hj Sauri, Kadir, Kakang, Mislun, Naji dan Sahruji. Sedangkan menurut catatan peristiwa  tanah longsor di Bukit Peniraman, sudah terjadi sebanyak tiga kali. Tahun 2009, merupakan peristiwa tanah longsor terbesar, yang menelan korban jiwa. Kedua pada 10 Januari 2003, juga terjadi musibah longsor tanah dan bebatuan di daerah perbukitan Gambir, Desa Peniraman, yang menimpa tujuh rumah penduduk menewaskan 10 warga, di antaranya lima anak dan seorang ibu hamil tujuh bulan.

“Setahu saya kejadian ini, adalah yang ketiga kalinya. Tahun 1991, longsor terbesar yang menelan korban jiwa, tapi saya tidak tahu jumlah pastinya. Sedangan tahun 2003, juga terjadi hal serupa dan juga menelan korban jiwa, salah satunya ibu yang sedang hamil. Beruntung, untuk kejadian sekali ini, tidak ada korban jiwa,” kata Camat Sungai Pinyuh, M. Shaleh, melalui via telepon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar